Teruntuk dirimu yang bergelar aktivis. Masihkah gelar itu di belakang nama dan dirimu?
Aku berharap masih. Karena jika tidak, itu artinya engkau sudah tidak bergerak yang berarti mati. Yang lebih menyakitkan lagi, jika manusia mati ketika kematian belum tiba. Semoga tidak terjadi pada kita.
Betapa Tuhan sayang kita semua. Ia kirimkan malaikat di depan, belakang, kiri, kanan, atas, bawah untuk dan demi menjaga kita. Untuk apa? semata-mata untuk melindungi kita. Percayalah, mereka hadir untuk melindungi kita dari segala macam bentuk perbuatan zhalim terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Itupun jiika kita (masih) mau membaca kehadirannya (malaikat).
Malaikat memang Ia kirimkan kepada manusia biasa juga ‘tidak biasa’. Kau tau siapakah yang ‘tidak biasa’ itu? Bisa jadi salah satunya adalah kamu. Ya, kamu yang biasa bergelar aktivis. Aktivis berdasarkan esensinya, bukan hanya sekedar tittle-nya saja.
Selain malaikat yang tak nampak di pelupuk mata kita, masih ada sosok-sosok lain yang seperti ‘malaikat’ meski ia manusia biasa (juga). Tapi mereka pun hadir untuk melindungi dan mengingatkan dalam kebaikan serta dalam menjaga diri dari perbuatan ma’ruf.
Oke, kita sebut saja ia guru/ustadz/murobbi kita.
Betapa bahagianya manusia, jika ia tau bahwa ada orang lain (non-nasab) yang mengkhawatirkan dirimu yang bisa jadi melebihi kekhawatiran saudara senasabmu (terkait perkara akhirat).
Bahagia, bukan?
Ia khawatir jika masih ada bacaan al-Qur’anmu yang belum tartil,
khawatir jika hafalanmu masih pada surah itu-itu saja,
khawatir jika engkau tidak memberikan kabar jelas tentang ketidakhadiranmu dari agenda “langit” tersebut,
khawatir jika engkau sakit, sehingga akan sedikit terhambat aktivitas menebar manfaatmu,
khawatir jika mulai ada yang salah dari pergaulanmu,
khawatir jika banyak mutaba’ah yang bolong akibat ke-futuran hatimu,
Dan masih banyak lagi kekhawatiran lainnya yang mewarnai hatinya tentang dirimu. Bahkan, kerap kali, kekhawatiran itu hadir di antara padatnya aktifitas mereka, para orang luar biasa yang masih menyempatkan berfikir tentang kita (yang mungkin saja, kita kerap lupa pada mereka).
Sungguh, betapa mulianya mereka, para guru yang luar biasa itu. Banyak cara untuk menepis kekhawatiran mereka terhadap dirimu, wahai sosok shalih/ah. Bisa saja mereka mencari tau tentangmu dari segala macam hal. Semata-mata karena kadar kasih sayang yang Dia titipkan pada mereka sangatlah banyak. Ya, kasih sayang berlandaskan iman. Percayalah.
Tak pernah mereka berfikir untuk dibayar dari pundi-pundi rupiah yang mungkin sudah bisa kau jemput dan nikmati. Yang mereka mau hanyalah, bagaimana caranya bisa bersama-sama mengerjakan amal shalih dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Simple, bukan? Iya, tapi selain Tuhan yang ada dimana-mana, setan pun ada dimana-mana ketika kita memiliki niat baik.
Betapa Tuhan sayang kita semua, yakinlah. “Sayap” Rahmat-Nya begitu membentang luas di bumi ini. Bersyukur dan berbahagialah wahai manusia yang pandai memetik hikmah, meski hanya dari satu desahan nafas.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/