Komunikasi itu adalah salah satu "pintu" yang dapat digunakan untuk menjangkau hati, cie... jadi pandai-pandailah berkomunikasi (terutama buat kita pada da'i, ehem termasuk PR buat saya ini :D). Biasanya nie, yang namanya pintu kan pasti ada kuncinya,nah dalam berkomunikasipun juga ada anak-anak kunci yang dapat membuka pintu hati tersebut, antara lain:
Hmm, mendengarpun juga ada gayanya ya? :). Nah, gaya mendengar di sini yang perlu kita latih adalah mendengarkan dengan TULUS. Gimana mendengarkan dengan TULUS? yaitu amati gimana gesture, intonasi, mimik, pilihan kata yang digunakan oleh lawan bicara (hmm ribet yak). Membelalakkan mata, mengerutkan alis, memiringkan kepala, meninggikan nada suar, melipat tangan di dada, bungkuk, tegap, konotasi kasar ataupun halus,dkk (udah kayak senam tubuh aja nie :D).
Nah, dari hasil pengamatan senam tubuh (ups, gaya mendengar) tadi, cobalah selami bagaimana perasaannya dan suasana hatinya, kemudian jadilah CERMIN dengan memberi respon yang sesuai misalnya nie, "Jadi maksud kamu adalah... ", "Hmm... begitu?" bla...bla...bla...
Agar gaya mendengarkan lebih meyakinkan lagi, ada tips mendengarkan nonverbal disebut HATI
>> H (Hening)
Cobalah untuk tidak melakukan apa-apa ketika mendengarkan, misalnya hindari mengetuk-ngetuk meja dengan alat tulis atau jari dan menggoyang-goyangkan kaki. Atau yang paling sering saya temui ketika saya mengajak bicara dengan lawan bicara, eh malah ditinggal sms-an atau ngobrol dengan orang lain (kalau sudah begitu bawaannya gemes gitu, heheh...kecuali kalau lawan bicara memberi komando "sebentar ya mau sms dulu" atau "bentar ni baru ada yang mau menyela" atau dan atau yang lain).
Aku ada di sini untuk mendengarkan (hmm, so sweet). Tunjukkan bahwa kita memang berniat untuk mendengarkan. Tunjukkan dengan cara sesekali menyentuh lawan bicara tanpa berlebihan, sesama muslimah pastinya sudah terbiasa dengan hal ini. Tunjukkan dengan berdekatan atau sedikit mencondongkan tubuh ke arah lawan. Lakukan secara wajar, tunjukkan dan tunjukkan :D.
Budaya Asia tidak terlalu menganggap penting adanya kontak mata. Sering kali justru kita dianggap membangkang apabila kita menatap langsung mata orang tua atau atasan kita. Jadi kalau ngomong sama atasan kita biasanya nunduk aja melihat sepatu terus, heheh...). Dalam berpandang-pandangan tentunya yang harus kita ikuti adalah yang sesuai syariat. Selama tidak melanggar syariat, kontak mata bisa diperhitungkan untuk menjangkau hati lawan bicara. Membuka lebar mata dan membiarkan lawan bicara menatap menunjukkan kesungguhan dan perhatian yang besar terhadap lawan bicara. Dengan demikian lawan bicara akan merasa dihargai.
>> I (Intensitas Perhatian)
Betapa senangnya kita jika saat berbicara lawan bicara memusatkan perhatiannya pada kita. Kita akan termotivasi untuk menyampaikan pesan lebih terbuka lagi karena kita percaya lawan bicara juta menyimak dengan sungguh-sungguh (siip dah pokoknya, jadi bisa dipercaya orang lain :)).
Yeah... that's the number one of Kunci Komunikasi, semoga bisa menginspirasi saya khususnya, anda para pembaca pada umumnya, insyaAlloh kunci ke-2 dst to be continued... :)
2 comments:
kunci komunikasi tambahan, "pastikan pulsa cukup".
Hwkwkwk......
*plethak*
kan konteksnya bicara langsung dg orangnya :P
Post a Comment