Wednesday, May 18, 2011

Ketika Amanah Dipertanggungjawabkan

Edit Posted by with No comments

| Ketika waktu terasa begitu sempit, Alloh ingin menunjukkan pada kita begitu berharganya waktu…
| Ketika tubuh terasa letih, Alloh ingin mengingatkan begitu lemahnya manusia…
| Semua itu dengan kekuasaanNya…
| Alloh ingin meninjukkan bahwa cintaNya tak pernah habis untuk hamba-hambanya…
Jika Dakwah adalah jalan yang panjang, jangan pernah berhenti sebelum menemukan penghujungnya…
Jika bebannya berat, jangan minta yang ringan, tapin mintalah punggung yang kuat untuk menopangnya…
Jika pendukungnya sedikit, jadilah yang sedikit itu…
Semoga kita termasuk orang-orang yang sedikit itu…
Perjalanan hidupku berubah 180 derajat ketika aku memasuki bangku perkuliahan. Sudah hampir 2 tahun ini aku menikmati segala pendidikan kehidupan di kampus tercinta. Banyak yang kudapat dari semua yang kulalui. Dan salah satunya adalah amanah. Amanah ketika aku belajar di kampus ini banyak sekali yang membuatku menjadi terinspirasi. Dulu ketika masih di bangku sekolah, aku tidak kenal organisasi. Hingga akhirnya, jalan-Nya menuntunku ke sebuah fakultas yang banyak kutemukan hal-hal yang luar biasa di sini. Pertama aku mengikuti beberapa organisasi, mungkin karena rasa kepercayaan, banyak sekali aku mendapatkan tempat cukup urgen ketika dalam suatu kepanitiaan. Hingga akhirnya satu tahun berlalu, ada satu amanah yang cukup berat ketika mengembannya. Menjadi salah satu pemimpin dalam pilar-pilar di bawah seorang pemimpin umum. Yang di mana sebagai penyangga atap sekaligus penghubung dengan bumi (lantai). Awal ku menerima tawaran ini, sungguh dalam kebimbangan yang luar biasa. Antara rasa peduliku melawan keegoisanku. Di satu sisi aku sudah tidak ingin meneruskan kontribusiku di sini karena berbagai pertimbangan, tapi di sisi lain, banyak yang berteriak bahwa di sini masih banyak yang membutuhkan kontribusimu.
Hingga akhirnya suatu ketika aku melakukan kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang pemimpin. Khilaf, mungkin kata itu yang bisa kuucap. Satu peraturan dari pemimpin di atasku sudah aku langgar. Tapi aku merasa memang sudah kupertimbangkan ketika aku harus memutuskan sesuatu. Banyaknya amanah membuatku harus bisa tawazun dengan semua. Dan memang terkadang harus mengorbankan salah satu untuk ditinggal sejenak. Keputusan inilah yang kuambil karena di luar sana masih banyak yang membutuhkanku ketika itu. Mungkin memang aku hanya melihat dari sudut pandangku tanpa mendengar teriakan teman2ku, "Emy... di mana kamu ketika kamu dibutuhkan?!!!". 
Tapi tolong, dengarlah jaritan hatiku juga kawan, bahwa di luar sana juga ada yang membutuhkanku. Aku percaya kalian bisa menghandle semua tanpa aku untuk sementara. Dan akhirnya "Panggilan" itu datang, sebuah amanah menuntut tanggung jawab. Ketika kau melakukan kesalahan, maka sewajarnyalah kau akan diadili. Dan aku berharap, peradilan bisa menegakkan keadilan setegak-tegaknya. Jika memang salah katakan salah, dan jika memang benar katakan benar. Aku juga tidak ingin mengulangi kesalahan lagi. Amanah ini memang harus dipertanggungjawabkan nantinya. Ya Rabb, aku hanya ingin melandaskan amanah ini karena-Mu, karena dakwah, bukan karena yang lain. 
Maafkan hamba-Mu ini jika memang belum bisa menjadi tauladan yang baik untuk orang-orang di sekitarku. Hanya aku memohon kepada-Mu, beri petunjuk padaku untuk memperbaiki semua kekurangan dan kesalahanku. Aku hanya mengharap ridho-Mu, bukan mengharap pujian dari orang lain. Bantu hamba untuk bisa selalu membersihkan hati hamba ini, dan beri kekuatan pada hamba untuk bisa mengemban amanah ini, hingga akhir waktu tiba. Aamiin.
[To: all my friend that i have disappointed, i'm sorry]
* Rabb...pinta kami,
jika dakwah adalah pilihan, maka biarkan hati ini memilihnya...
Jika dakwah adalah kewajiban, maka kuatkan kami menjalaninya...
Jika dakwah adalah kecintaan, maka ikhlaskan kami merasakannya...
Jika dakwah adalah kehormatan, maka percayakan kami menjaganya...
Jika dakwah adalah cita-cita, maka ijinkan kami memperjuangkannya...
Jika dakwah adalah sesuatu yang indah maka ridhokan kami menikmatinya...

0 comments: