Thursday, November 24, 2011
Sunday, November 13, 2011
Engkau bilang
Edit Posted by Unknown with 2 commentsEngkau bilang ini hanyalah untuk perapian dalam penataan...
Setengah tahun yang lalu, hal ini juga saya alami. Malam itu, menjadi malam yang cukup memilukan buatku. Saat baru saja kutemukan sosok yang bisa membantuku untuk tenang, saat aku baru saja selesai mengungkapkan yang selama ini kupendam karena belum tahu harus bercerita ke siapa lagi. Saat sepekan sebelumnya aku menemuimu, sendiri... berdua dan ditemani bidadari kecilmu :). Saat aku menyimpulkan bahwa engkaulah orang yang memang tepat untukku bertukar pikiran tentang peliknya kehidupan. Saat aku sudah tidak ragu lagi untuk mengungkapkan apa yang ada di benak selama ini. Tapi, takdir berkata lain... saat itulah engkau menyampaikan, bahwa ada perubahan lagi dalam sistem. Rasa tidak percaya sama sekali, secepat inikah? Tapi inilah sunatullah...
Dan di lingkaran itu, amanah sebagai amir melekat. Harus bisa mengkomunikasikan ini dengan teman-teman yang lain. Harus bisa menenangkan kesedihan yang mungkin akan terpancar dari teman-teman. Dan akhirnya engkau berikan solusi untuk mengatasi itu semua. Sebagai kenang-kenangan untuk sesama saudara, terbiasa dengan membawa ini-itu di hari HA itu. Sedih sebenarnya dalam hati ini, tapi aku tidak boleh memperlihatkan hal ini di hadapan mereka terlebih dahulu.
Dan skenarionya memang benar-benar indah. Pagi itu ketika hari HA, saat itu sebuah kabar yang cukup menguras hati dan pikiran. Aku bingung, cemas, apa yang harus aku lakukan? tenang, ya... mencoba menenangkan diri, tapi ya tetap saja ujung-ujungnya nangis :D. Karena emosiku hanya bisa kuungkapkan dengan menangis. Ya Rabb, sebenarnya ada apa, di saat hari itu aku harus berpisah secara sistem dengan teman-teman di lingkaran, di saat itu pula Engkau memberikan suatu kabar yang membuatku tidak tahu harus berbuat apa, sebuah fitnah-fitnah kecil yang dibesar-besarkan, hanya masalah kecil yang seharusnya tidak perlu dibesarkan, hanya salah paham, dan di situ akulah lakon utamanya [uda kaya' sinetron sj ini, pakai lakon utama, haha...] :D
Hanya karena salah paham, kurang adanya komunikasi yang baik, sikap su'udzon, kurang klarifikasi, mengada-adakan, menghubung-hubungkan antara masalah kecil yang satu dengan yang lain, inilah yang terjadi sudah menjadi masalah klasikal di lembaga. Aaarrrghhh...
Saat itu, rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Serasa ingin melepas kepala ini untuk sejenak ketika itu. But, life must go on [kemr-Inggris lg :D] Huhft... Alhamdulillah, mencoba menenangkan diri. Lanjut ke agenda setelah itu, rutinitas di lab maintenance. Mencoba untuk tidak menampakkan apa yang baru saja terjadi [mewek.com, hahay...]. Smile...smile... smile... :)
Thursday, November 10, 2011
Berbuatlah Karena Alloh
Edit Posted by Unknown with 4 commentsPelik permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini terutama di amanah baik lembaga ataupun instansi, saya conclusion-kan [haha... kemr-Inggris :D] salah satunya adalah karena setiap melakukan sesuatu diawali dengan niat bukan karena Alloh [termasuk yang nulis ini terkadang masih terbersit rasa-rasa yang lain :D].
Well, alhamdulillah ketika bertamasya di dunia maya, kebetulan menemukan artikel ini :D, bisa jadi sebuah tamparan yang cukup mengena dan evaluasi buat saya khususnya :D.
Oleh Dr Abdul Mannan
Problematika besar bangsa ini sejatinya bermula dari sebuah kerusakan kecil. Seperti peristiwa kebakaran hebat, ia bermula dari percikan api yang kecil. Karena itu, kita harus senantiasa mengantisipasi terjadinya kerusakan kecil agar tidak telanjur makin besar.
Kerusakan kecil itu ialah ketidakmurnian niat dalam berbuat atau melakukan sesuatu. Islam sangat memperhatikan masalah niat. Niat yang salah (tidak karena Allah) akan menghilangkan pahala dari kebaikan yang dilakukan meskipun amal tersebut tergolong amal saleh yang dicintai Allah dan rasul-Nya. “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya. Sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari Muslim).
Jadi, sekalipun seseorang mampu merangkai kata-kata indah nan memukau atau mampu bekerja keras dengan penuh semangat, tapi tidak diniati karena Allah, sia-sialah semuanya. Niat yang buruk atau niat yang ditumpangi oleh kepentingan nafsu akan menimbulkan perselisihan serius sehingga menyebabkan terjadinya perdebatan, perteng karan, perkelahian, bahkan permu suhan dan dendam. Oleh karena itu, ber hati-hatilah dalam mengambil sebuah keputusan sebelum bertindak.
Kita harus memastikan secara jernih bahwa yang kita lakukan benar- benar semata-mata karena Allah agar mendapat keridaan-Nya. Jika sudah memastikan bahwa yang kita lakukan adalah murni karena Allah, lalu direspons keliru oleh orang lain, janganlah terprovokasi untuk marah. Tetaplah tenang dan bersegeralah mengingat Allah. Bahkan jika perlu, mohonkanlah ampun buat orang tersebut dan bermusyawarahlah bersamanya dalam mengambil keputusan. “Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS [3]: 159).
Demikianlah yang dicontohkan oleh Khalid bin Walid. Tatkala ia dinonaktifkan sebagai panglima jenderal kaum Muslimin oleh Khalifah Umar bin Khattab, Khalid sama sekali tidak bereaksi negatif, justru ia bersyukur karena Allah telah membebaskan dirinya dari besarnya amanah yang sangat berat. Ketika ditanya oleh sahabatnya perihal penonaktifan dirinya, Khalid menjawab singkat, “Saya berjihad ini karena Allah, bukan karena Umar.” Khalid tetap dalam pasukan meskipun berubah posisi hanya sebagai prajurit biasa.
Sebagai seorang Muslim, sikap seperti itulah yang harus kita pelihara dalam diri kita, yaitu menjaga kemurnian niat dalam berbuat. Jangan sampai hanya karena tidak lagi diberi kesempatan memimpin, lalu langsung meradang dan mencemooh semua orang.
Begitupun bila kita sebagai pemegang kebijakan, hendaknya mengambil keputusan atas dasar niat suci karena Allah yang disertai dengan musyawarah. Jangan sampai membuat keputusan atas dasar kepentingan diri (otoriter), apalagi hanya karena pengaruh pihak lain.
Saat ini dan ke depan, marilah kita tata kembali niat dalam berbuat dan semata-mata hanya mengharap rida Allah SWT. Sekiranya semua umat Islam memahami hal ini dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, akan terbinalah ukhuwah Islamiyah. Wallahu a’lam.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/11/10/luf4x0-berbuatlah-karena-allah
Well, alhamdulillah ketika bertamasya di dunia maya, kebetulan menemukan artikel ini :D, bisa jadi sebuah tamparan yang cukup mengena dan evaluasi buat saya khususnya :D.
Oleh Dr Abdul Mannan
Problematika besar bangsa ini sejatinya bermula dari sebuah kerusakan kecil. Seperti peristiwa kebakaran hebat, ia bermula dari percikan api yang kecil. Karena itu, kita harus senantiasa mengantisipasi terjadinya kerusakan kecil agar tidak telanjur makin besar.
Kerusakan kecil itu ialah ketidakmurnian niat dalam berbuat atau melakukan sesuatu. Islam sangat memperhatikan masalah niat. Niat yang salah (tidak karena Allah) akan menghilangkan pahala dari kebaikan yang dilakukan meskipun amal tersebut tergolong amal saleh yang dicintai Allah dan rasul-Nya. “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya. Sesungguhnya bagi setiap orang adalah apa yang ia niatkan.” (HR Bukhari Muslim).
Jadi, sekalipun seseorang mampu merangkai kata-kata indah nan memukau atau mampu bekerja keras dengan penuh semangat, tapi tidak diniati karena Allah, sia-sialah semuanya. Niat yang buruk atau niat yang ditumpangi oleh kepentingan nafsu akan menimbulkan perselisihan serius sehingga menyebabkan terjadinya perdebatan, perteng karan, perkelahian, bahkan permu suhan dan dendam. Oleh karena itu, ber hati-hatilah dalam mengambil sebuah keputusan sebelum bertindak.
Kita harus memastikan secara jernih bahwa yang kita lakukan benar- benar semata-mata karena Allah agar mendapat keridaan-Nya. Jika sudah memastikan bahwa yang kita lakukan adalah murni karena Allah, lalu direspons keliru oleh orang lain, janganlah terprovokasi untuk marah. Tetaplah tenang dan bersegeralah mengingat Allah. Bahkan jika perlu, mohonkanlah ampun buat orang tersebut dan bermusyawarahlah bersamanya dalam mengambil keputusan. “Maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS [3]: 159).
Demikianlah yang dicontohkan oleh Khalid bin Walid. Tatkala ia dinonaktifkan sebagai panglima jenderal kaum Muslimin oleh Khalifah Umar bin Khattab, Khalid sama sekali tidak bereaksi negatif, justru ia bersyukur karena Allah telah membebaskan dirinya dari besarnya amanah yang sangat berat. Ketika ditanya oleh sahabatnya perihal penonaktifan dirinya, Khalid menjawab singkat, “Saya berjihad ini karena Allah, bukan karena Umar.” Khalid tetap dalam pasukan meskipun berubah posisi hanya sebagai prajurit biasa.
Sebagai seorang Muslim, sikap seperti itulah yang harus kita pelihara dalam diri kita, yaitu menjaga kemurnian niat dalam berbuat. Jangan sampai hanya karena tidak lagi diberi kesempatan memimpin, lalu langsung meradang dan mencemooh semua orang.
Begitupun bila kita sebagai pemegang kebijakan, hendaknya mengambil keputusan atas dasar niat suci karena Allah yang disertai dengan musyawarah. Jangan sampai membuat keputusan atas dasar kepentingan diri (otoriter), apalagi hanya karena pengaruh pihak lain.
Saat ini dan ke depan, marilah kita tata kembali niat dalam berbuat dan semata-mata hanya mengharap rida Allah SWT. Sekiranya semua umat Islam memahami hal ini dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, akan terbinalah ukhuwah Islamiyah. Wallahu a’lam.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/11/10/luf4x0-berbuatlah-karena-allah
Subscribe to:
Posts (Atom)