"Belajar cuek...cuek sedikit boleh kan?"
Hmm... satu pelajaran yang bisa saya dapatkan dari orang-orang yang bisa menginspirasi, yaitu orang yang cuek. Hebat ya, terkadang cuek ada sisi positifnya, ya karena segala sesuatu pasti ada sisi positif dan sisi negatif. Cuek, memang terkadang diperlukan ketika menghadapi sebuah permasalahan yang kurang efektif ketika dipikirkan banget-banget gitu. Masalah yang mungkin kurang penting, masalah yang biasanya belum ditabayunkan dengan yang bersangkutan.
Dan ini saya alami, sering sekali orang menilai dari luar saja. Ada yang menilai positif sampai terkagum-kagum (heheh...) ada juga yang menilai negatif sampai titik terdalam seakan-akan kesannya benar-benar negatif (subhanalloh). Padahal kalau saya analisa (cie...mata kuliah anapersisi ni :D), kemungkinan besar yang menilai positif itu justru belum tahu saya yang sebenarnya, kalau sudah tahu pasti bakal ilfeel (heheh) karena kemungkinan apa yang dinilai tidak sama dengan kenyataan :D. Dan kemungkinan kecil untuk yang menilai saya negatif karena mereka belum tahu juga saya yang sebenarnya, terkadang menjudge sesuatu tanpa tabayun terlebih dahulu kepada yang bersangkutan (walau kadang saya juga begitu kalau benar-benar firasat berkata orang ini negatif :D).
Na, mungkin dengan cuek, hal-hal tadi bisa saya lalui. Karena, terkadang ketika dipikir banget, justru kurang efektif. Masih banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan :D. Contoh lain juga yang saya alami, ketika menjadi seorang pemimpin, sakaligus da'i tentunya, bagaimana berusaha mewarnai lingkungan tapi bukan terwarnai (this is my motto: "berusaha membaur tapi tidak melebur"). Ketika mendapatkan amanah di luar kerohanian, adalah tantangan besar bagi saya, karena dia harus bisa memanage, adaptasi, mewarnai, dan bla..bla..bla.. di lingkungan yang lebih menantang, medan dakwah yang lebih banyak rintangan dan ujian. Tidak seperti di lingkungan kerohanian yang cukup strategis untuk bergerak, lebih aman dalam menyerukan dakwah (walau tidak sepenuhnya, karena terkadang di dalamnya sendiri ada orang-orang munafik yang berusaha untuk menggulingkan). Tapi, memang itulah yang saya rasakan, ada perbedaan pastinya. Bagaimana seorang da'i dituntut untuk bisa tetap dalam keistiqomahannya dalam rukhi, ketika berada di lingkungan yang sangat-sangat heterogen dan ammah.
Hmm... satu pelajaran yang bisa saya dapatkan dari orang-orang yang bisa menginspirasi, yaitu orang yang cuek. Hebat ya, terkadang cuek ada sisi positifnya, ya karena segala sesuatu pasti ada sisi positif dan sisi negatif. Cuek, memang terkadang diperlukan ketika menghadapi sebuah permasalahan yang kurang efektif ketika dipikirkan banget-banget gitu. Masalah yang mungkin kurang penting, masalah yang biasanya belum ditabayunkan dengan yang bersangkutan.
Dan ini saya alami, sering sekali orang menilai dari luar saja. Ada yang menilai positif sampai terkagum-kagum (heheh...) ada juga yang menilai negatif sampai titik terdalam seakan-akan kesannya benar-benar negatif (subhanalloh). Padahal kalau saya analisa (cie...mata kuliah anapersisi ni :D), kemungkinan besar yang menilai positif itu justru belum tahu saya yang sebenarnya, kalau sudah tahu pasti bakal ilfeel (heheh) karena kemungkinan apa yang dinilai tidak sama dengan kenyataan :D. Dan kemungkinan kecil untuk yang menilai saya negatif karena mereka belum tahu juga saya yang sebenarnya, terkadang menjudge sesuatu tanpa tabayun terlebih dahulu kepada yang bersangkutan (walau kadang saya juga begitu kalau benar-benar firasat berkata orang ini negatif :D).
Na, mungkin dengan cuek, hal-hal tadi bisa saya lalui. Karena, terkadang ketika dipikir banget, justru kurang efektif. Masih banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan :D. Contoh lain juga yang saya alami, ketika menjadi seorang pemimpin, sakaligus da'i tentunya, bagaimana berusaha mewarnai lingkungan tapi bukan terwarnai (this is my motto: "berusaha membaur tapi tidak melebur"). Ketika mendapatkan amanah di luar kerohanian, adalah tantangan besar bagi saya, karena dia harus bisa memanage, adaptasi, mewarnai, dan bla..bla..bla.. di lingkungan yang lebih menantang, medan dakwah yang lebih banyak rintangan dan ujian. Tidak seperti di lingkungan kerohanian yang cukup strategis untuk bergerak, lebih aman dalam menyerukan dakwah (walau tidak sepenuhnya, karena terkadang di dalamnya sendiri ada orang-orang munafik yang berusaha untuk menggulingkan). Tapi, memang itulah yang saya rasakan, ada perbedaan pastinya. Bagaimana seorang da'i dituntut untuk bisa tetap dalam keistiqomahannya dalam rukhi, ketika berada di lingkungan yang sangat-sangat heterogen dan ammah.